MAKALAH ILMU BUDAYA DASAR
BEBERAPA FAKTOR YANG MENYEBABKAN
PENDERITAAN MANUSIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG MASALAH
Manusia di dunia ini dihadapkan pada dua
cobaan yaitu cobaan yang mengembirakan dan cobaan yang menyusahkan. Cobaan
tersebut berupa tahapan dan rintangan yang menguji manusia dalam kehidupan
apabila mampu menyelesaikan dengan baik akan mendapatkan pahala dan bila
mengingkarinya ketentuan yang ada akan tenggelam dalam penderitaan di akhirat
kelak.
Terkadang manusia terbuai pada
kegembiraan, padahal kegembiraan juga cobaan. Manusia seringkali tergelincir
akibat keterlenaan dan berlebihan serta melampaui batas dan berunjung pada
penderitaan. Sementara ada pula yang menghadapi cobaan yang menyusahkan namun
tidak kuat menjalani cobaan. Orang tersebut menjadi frustasi dan melupakan
emosi tanpa control. Sikap seperti ini malah semakin menambah penderitaan.
Adapula ketika merasa kesaaran sudah dibatas perjuangan berhenti melakukan
perjuangan padahal keinginan yang diharapkan selangkah lagi mencapai sehingga
tetap pada penderitaan dan menyesal ketika harapan yang diciptakan berlalu
begitu saja dihadapannya. Ada pula yang menjalani hidup dengan sikap
noverkonviden ( bermain aman ), tidak mau menghadapi masalah atau lari dari
masalah, namun yang terjadi mendapati pada suatu penderitaan. Ada pula yang
mencoba berkelik dari masalah dan hanya mengincar kebahagiaan dunia namun di
akhirat berunjung pada penderitaan.
Manusia di dunia ini tidak akan pernah
lepas dari yang namanya masalah, baik itu menyusahkan atau yang menggembirakan.
Masalah timbul karena adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Proses
dalam menghadapi kesenjangan seringkali dihadapkan pada lika-liku kehidupan
yang sering dianggap sebgai suatu penderitaan.
Susah maupun senang merupakan dua agenda
yang silih berganti terjadi dalam kehidupan manusia. Habis susah ada senang dan
habis senang ada susah. Manusia selalu untuk berusaha menjadi lebih baik.
Manusia perlu menjalani proses di dunia ini untuk mencari bekal untuk akhirat
dengan menjalani suka duka yang ada di dunia.
Manusia juga dituntut untuk keimanan
terhadap Tuhan, baik suka maupun duka untuk semakin mendekatkan diri. Manusia
sepatutnya bukan mengeluh dan meratapi penderitaan. Namun harus bangkit
mengolah penderitaan menjadi sesuatu yang bernilai lebih berharga. Dan terus
belajar menelusuri kehidupan karena ada hikmah dibalik penderitaan.
Penderitaan datang tak terduga begitupula
kebahagian datang dari celah tak terduga. Sehingga manusia dituntut untuk siap
siaga dalam menghadapi suka maupun duka di kehidupan ini. Dan sepatutnya kita
berani menghadapi dalam menyelesaikan persoalan hidup ini. Kita perlu belajar
dari pengalaman dan cepat bangkit saat terjatuh.
Semangat juga bukansemangat yang melampaui
batas , dan berusaha menenangkan hati, sabar menghadapi penderitaan dengan hati
ikhlas. Karena solusi-solusi saat menghadapi penderitaan akan mudah muncul saat
hati tenang dan berfikir jernis. Berbeda dengan tergesa-gesa menyebabkan solusi
di depan mata terlihat jauh. Dan terkadang hal penunjang terabaikan sehingga
menambah masalah baru, kita juga bukan hanya menunggu desakan solusi tapi perlu
menyambut solusi.
1.2 TUJUAN
PENULISAN
·
Sebagai
syarat tugas mandiri mata pelajaran Ilmu Budaya Dasar
·
Mahasiswa
dapat mengetahui penderitaan manusia
·
Mahasiswa
dapat mengetahui beberapa factor yang menyebabkan penderitaan manusia
BAB II
PERMASALAHAN
·
Apa
yang dimaksud dengan penderitaan?
·
Apa
hubungan manusia dengan penderitaan?
·
Factor-faktor
apa saja yang menyebabkan penderitaan manusia?
·
Bagaimanakah
dampak penderitaan manusia terhadapa kelangsungan hidup manusia?
·
Bagaimana
cara manusia menanggapi penderitaan manusia?
BAB III. PEMBAHASAN
PENGERTIAN
PENDERITAAN
Penderitaan berasal dari kata derita.
Sementara itu kata derita merupakan serapan dari bahasa sansekerta, menyerap
kata dhra yang memiliki arti menahan atau menanggun. Jadi dapat diartikan
penderitaan merupakan menanggung sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan
dapat muncul secara lahiriah, batiniah atau lahir-batin. Penderitaan secara
lahiriah dapat timbul karena adanya intensitas komposisi yang mengalami
kekurangan atau berlebihan, seperti akibat kekurangan pangan menjadi kelaparan,
atau akibat makan terlalu banyak menjadi kekenyangan, tidak dapat dipungkiri
keduanya dapat menimbulkan penderitaan. Adapula kondisi alam yang ekstrem,
seperti ketika terik matahari membuat kepanasan, atau saat kehujanan membuat
kedinginan.
Ada pula penderitaan yang secara
lahiriah seperti sakit hati karena dihina, sedih karena kerabat meninggal,
putus asa karena tidak lulus ujian. Atau penyesalan karena tidak melakukan yang
diharapkan. Sementara yang lahir-batin dapat muncul dikarenakan penderitaan
pada sisi yang satu berdampak pada sisi yang lain atau dengan kata lain
penderitaan lahiriah memicu penderitaan batiniah atau sebaliknya. Misalnya
akibat kehujanan badan menjadi kedinginan namun tidak ada tempat berteduh
akibat mendongkol, risau atau menangis. Ada pula karena putus asa tidak lulus
ujian menjadi tidak mau makan dan menimbulkan perut sakit.
Intensitas penderitaan
bertingkat-tingkat dari yang terberat hingga ringan. Persepsi pada setiap orang
juga berpengaruh menentukan intensitas penderitaan. Suatu kejadian dianggap
penderitaan oleh seseorang belum tentu dianggap penderitaan bagi orang lain.
Dalam artian suatu permasalahan sederhana yang dibesar-besarkan akan menjadi
penderitaan mendalam apabila disikapi secara reaksioner oleh individu. Ada pula
maslaah yang sangat urgen disepelekan juga dapat berakibat fatal dan
menimbulkan kekacauan kemudian menjadi penderitaan.
Manusia tidak dapat mengatakan setiap
situasi masalahnya sama. Penderitaan bersifat universal dapat datang kepada siapapun
tidak peduli kaya maupun miskin, tua maupun muda. Penderitaan dapat muncul
kapanpun dan dimanapun.
Penderitaan merupakan realita kehidupan
manusia di dunia yang tidak dapat dielakan. Orang yang bahagia juga harus siap
menghadapi tantangan hidup bila tidak yang muncul penderitaan. Dan orang yang
menghadapi cobaan yang bertubi-tubi harus berpengharapan baik akan mendapatkan
kebahagiaan. Karena penderitaan dapat menjadi energi untuk bangkit berjuang
mendapatkan kebahagian yang lalu maupun yang akan datang.
Akibat penderitaan yang bermacam-macam
manusia dapat mengambil hikmah dari suatu penderitaan yang alami namun adapula
akibat penderitaan menyebabkan kegelapan dalam kehidupan.
Sehingga penderitaan merupakan hal yang
bermanfaat apabila manusia dapat mengambil hikmah dari penderitaan yang alami.
Adapun orang yang berlarut-larut dalam penderitaan adalah orang yang rugi
karena tidak melepaskan diri dari penderitaan dan tidak mengambil hikmah dan
pelajaran yang didapat dari penderitaan yang dialami.
HUBUNGAN
MANUSIA DAN PENDERITAAN
Allah adalah pencipta segala sesuatu
yang ada di dalam semesta ini. Dialah yang Maha Kuasa atas segala yang ada di
jagad raya ini. Beliau menciptakan makhluk yang bernyawa dan tak bernyawa.
Allah tetap kekal dan tak pernah terikat dengan penderitaan.
Makhluk bernyawa memiliki sifat ingin
terpenuhi segala hasrat dan keinginannya. Perlu dipahami makhluk hidup selalu
membutuhkan pembaharuan dalam diri, seperti memerlukan bahan pangan untuk
kelangsungan hidup, membutuhkan air dan udara. Dan membutuhkan penyegaran
rohani berupa ketenangan. Apabila tidak terpenuhi manusia akan mengalami
penderitaan. Dan bila sengaja tidak dipenuhi manusia telah melakukan
penganiayaan. Namun, bila hasrat menjadi patokan untuk selalu dipenuhi akan
mebawa pada kesesatan yang berunjung pada penderitaan kekal di akhirat.
Manusia sebagai makhluk yang berakal
dan berfikir, tidak hanya menggunakan insting namun juga pemikirannya dan
perasaannya. Tidak hanya naluri namun juga nurani.
Manusia diciptakan sebagai makhluk yang
paling mulia namun manusia tidak dapat berdiri-sendiri secara mutlak. Manusia
perlu menjaga dirinya dan selalu mengharapkan perlindungan kepada penciptanya.
Manusia kadang kala mengalami kesusahan dalam penghidupannya, dan terkadang
sakit jasmaninya akibat tidak dapat memenuhi penghidupannya.
Manusia memerlukan rasa aman agar
dirinya terhidar dari penyiksaan. Karena bila tidak dapat memenuhi rasa aman
manusia akan mengalami rasa sakit. Manusia selalu berusaha memahami kehendak Allah,
karena bila hanya memenuhi kehendak untuk mencapai hasrat, walau tidak
menderita di dunia, namun sikap memenuhi kehendak hanya akan membawa pada
pintu-pintu kesesatan dan membawa pada penyiksaan di dalam neraka.
Manusia di dunia melakukan kenikmatan
berlebihan akan membawa pada penderitaan dan rasa sakti. Muncul penyakit
jasmani juga terkadang muncul dari penyakit rohani. Manusia mendapat penyiksaan
di dunia agar kembali pada jalan Allah dan menyadari kesalahannya. Namun bila
manusia tidak menyadari malah semakin menjauhkan diri maka akan mebawa pada
penderitaan di akhirat.
Banyak yang salah kaprah dalam
menyikapi penderitaan. Ada yang menganggap sebagai menikmati rasa sakit
sehingga tidak beranjak dari kesesatan. Sangat terlihat penderitaan memiliki
kaitan dengan kehidupan manusia berupa siksaan, kemudian rasa sakit, yang
terkadang membuat manusia mengalami kekalutan mental. Apabila manusia tidak
mampu melewati proses tersebut dengan ketabahan, di akhirat kelak dapat
menggiring manusia pada penyiksaan pada pedih yang dalam neraka. Adapun akan
lebih jelas akan dibahas sebagai berikut.
1. Siksaan
Siksaan
atau penyiksaan ( bahasa inggris: torture) digunakan untuk merunjuk pada
penciptaan rasa sakti untuk menghancurkan kekerasa hati korban. Siksaan juga dapat
diartikan sebagai siksaan badan atau jasmani, dan dapat juga berupa siksaan
jiwa atau rohani. Akibat siksaan yang dialami seseorang, timbullah penderitaan.
Apabila berbicara tentang siksaan, terbayang di benak kita sesuatu yang sangat
mengerikan, bahkan mendirikan bulu kudu kita.
Siksaan
pada manusia juga dapat menimbulkan kreatifitas bagi yang pernah mengalami
siksaan atau orang lain yang berjiwa seni yang menyaksikan langsung atau tidak
langsung. Hal itu terlihat dari banyak cerpen, novel, berita, atau film yang
mengisahkan tentang siksaan. Dengan menyimak hasil seni atau berita kita dapat
mengambil arti manusia, harga diri, kejujuran, kesabaran, dan ketakwaan, tetapi
juga hati yang telah dikuasai hawa nafsu, godaan setan, tidak mengenal
perikemanusiaan dan sebagainya.
Segala
tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis,
yang dengan sengaja dilakukan terhadap seseorang dengan tujuan intimidasi,
balas dendam, hukuman, sadism, pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda
atau tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan. Siksaan dapat digunakan
sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat
digunakan sebagai metode pemaksaan atau sebagai alat untuk mengendalukan kelompok
yang dianggap sebagai ancaman bagi suatu pemerintah. Sepanjang sejarah, siksaan
telah juga digunakan sebagai cara untuk memaksakan pindah agama atau cuci otak
politik.
Siksaan
yang sifatnya psikis tersebut dapat menimbulkan gejala dapat penderita bisa
berupa : kebimbangan, kesepian, ketakutan. Ketakutan berlebih-lebihan yang
tidak pada tempatnya disebut phobia. Banyak sebab yang menjadikan seseorang
merasa ketakutan antara lain: claustrophobia
dan agoraphobia, gamang, ketakutan,
kegagalan. Para ahli ilmu jiwa cenderung berpendapat bahwa phobia adalah suatu
gejala dari suatu problema psikologis yang dalam, yang harus ditemukan,
dihadapi, dan ditaklukan sebelum phobianya akan hilang. Sebaliknya ahli-ahli
yang merawat tingkah laku percaya bahwa suatu phobia adalah problemnya dan
tidak perlu menemukan sebab-sebabnya supaya mendapatkan perawatan dan
pengobatan. Kebanyakan ahli setuju bahwa tekanan dan ketegangan disebabkan oleh
karena si penderita hidup dalam keadaan ketakutan terus-menerus, membuat keadaan
si penderita sepuluh kali lebih parah.
Di
dalam kitab suci diterangkan jenis dan ancaman siksaan yang dialami manusia di
akhirat nanti, yakni siksaa bagi orang-orang musyrik, syirik, dengki,
memfitnah, mencuri, makan harta anak yatim dan sebagainya. Antara lain ayat 40
surat Al Ankahut menyatakan:
“masing-masing bangsa itu kami siksa
dengan ancaman siksaan, karena dosa-dosanya. Ada diantara kami hujani dengan
batu-batu kecil seperti kaum Aad, ada yang diganyang dengan halilintar
bergemuruh dahsyat seperti kaum Tsamud, ada pula yang kami benamkan ke dalam
tanah seperti Qorun, dan ada pula yang kami tenggelamkan seperti kaum Nuh.
Dengan siksaan-siksaan itu, Allah tidak akan menganiaya mereka. Namun, mereka
jugalah yang menganiaya diri- sendiri , karena dosa-dosanya.”
Siksaan yang dialami manusia dalam
kehidupan sehari-hari banyak terjadi dan banyak dibaca di berbagai media massa.
Bahkan kadang-kadang ditulis di halaman pertama dengan judul huruf besar, dan
kadang-kadang disertai gambar si korban. Adapaun siksaan bersifat psikis dapat
diklasifi seperti:
-
Kebimbangan,
siksaan ini terjadi ketika manusia sulit untuk menentukan pilihan yang mana
akan mereka ambil dan mereka tidak ambil. Situasi ini sangat membuat psikis
manusia tidak stabil dan butuh pertimbangan yang amat sangat sulit.
-
Kesepian,
merupakan perasaan sepi yang amat sangat tidak diinginkan oleh setiap manusia.
Pada hakikatnya manusia itu adalah makhluk yang bersosial, hidup bersama dan
tidak hidup seorang diri. Factor ini dapat mengakibatkan depresi kejiwaan yang
berat dan merupakan siksaan paling mendalam yang menimpa rohani manusia.
-
Ketakutan,
adalah suatu reaksi psikis emosional terhadap sesuatu yang ditakuti oleh
manusia.
-
Rasa
takut ini dapat menimbulkan traumatic yang amat mendalam. Dampaknya manusia
bisa kehilangan akal pikirannya dan membuat manusia berkejatuhan mental.
2. Rasa sakit
Rasa
sakit adalah rasa yang dialami manusia akibat menderita suatu penyakit. Rasa
sakit ini dapat menimpa setiap manusia. Kaya-miskin, besar-kecil, tua-muda, orang
bodoh-pintar, bahkan dokter sekalipun kesemuanya tidak dapat menghindarkan dari
rasa sakit.
Penderitaan,
rasa sakti, dan siksaan merupakan rangkaian sebab akibat, karena siksaan, orang
merasa sakit, dank arena merasa sakit orang menderita. Atau karena penyakitnya
tak sembuh-sembuh , ia merasa tersiksa hidupnya, dan mengalami penderitaan.
3. Kekalutan Mental
Penderitaan
batin dan ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan mental. Secara lebih
sederhana kekalutan mental adalah ngangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan
seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan
bertingkah laku secara kurang wajar. Gejala permulaan bagi seseorang yang
mengalami kekalutan mental adalah:
·
Nampak
pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada
lambung.
·
Nampak
pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu,
mudah marah.
a.
Tahap-tahap
Gangguan Kejiwaan
Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah:
·
Gangguan
kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun
rohaninya.
·
Usaha
mempertahankan diri dengan cara negative, yaitu mundur atau lari, sehingga cara
bertahan dirinya salah ; pada orang yang tidak menderita gangguan kejiwaan bila
menghadapi persoalan, justru lekas memecahkan problemnya, sehingga tidak
menekan perasaannya. Jadi bukan melarikan diri dan persoalan tetapi melawan
atau memecahkan persoalan.
·
Kekalutan
merupakan titik patah ( mental breakdown ) dan yang bersangkutan mengalami
gangguan.
b.
Sebab-sebab
timbulnya kekalutan mental
Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental
dapat banyak disebutkan antara lain sebagai berikut:
·
Kepribadian
yang lemah akibat kondiri jasmani atau mental yang kurang sempurna ; hal-hal tersebut sering menyebabkan yang
bersangkutan merasa rendah diri yang secara berangsur-angsur akan menyudutkan
kedudukannya dan menghancurkan mentalnya.
·
Terjadinya
konflik social budaya ; terjadinya konflik social budaya diakibatkan norma
berbeda antara yang bersangkutan dengan apa yang ada dalam masyarakat, sehingga
ia tidak dapat menyesuaikan diri lagi. Misalnya orang pedesaan yang berat
menyesuaikan diri dengan kehidupan kota.
·
Cara
pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap
kehidupan social ; over acting sebagai overcompensatie.
c.
Proses-proses
kekalutan mental
Proses
kekalutan mental yang dialami seseorang mendorongnya kearah positif dan
negative.
Positif
: trauma jiwa yang dialami dijawab dengan baik sebagai usaha agar tetap survey
dalam hidup, misalnya rajin beribadah ataupun melakukan kegiatan yang positif
setelah kejatuhan dalam hidupnya.
Negative:
trauma yang dialami diperlarutkan sehingga yang bersangkutan mengalami
frustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan.
Bentuk frustasi antara lain:
·
Agresi
berupa kemarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tidak terkendali dan secara
fisik berakibat mudah terjadi Hypertensi atau tindakan sadis yang dapat
membahayakan orang sekitanya.
·
Regresi
adalah kembali pada pola perilaku yang primitive atau kekanak-kanakan.
·
Fiksasi
adalah peletakan pembatasan pada satu pola yang sama ( tetap ) misalnya dengan
membisu.
·
Proyeksi
merupakan usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap
sendiri yang negative kepada orang lain.
·
Identifikasi
adalah menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imaginasinya.
·
Narsisme
adalah self love yang berlebihan sehingga yang bersangkutan merasa dirinya
lebih superior daripada orang lain.
·
Autisme
ialah menutup diri secara total dari dunia rill, tidak mau berkomunikasi dengan
orang lain, ia puas dengan fantasinya sendiri yang dapat menjurus ke sifat yang
sinting.
Penderitaan
kekalutan mental banyak terdapat dalam lingkungan seperti:
1. Kota-kota besar.
2. Anak-anak muda usia.
3. Wanita.
4. Orang yang tidak beragama.
5. Orang yang terlalu mengejar materi.
Apabila kita kelompokkan secara
sederhana berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan
manusia dapat diperinci sebagai berikut:
·
Penderitaan
yang timbul karena perbuatan buruk manusia.
·
Penderitaan
yang timbul karena penyakit, siksaan / azab Tuhan.
Orang
yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan
sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap
negative. Sikap negative misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap
kecewa, putus asa, atau ingin bunuh diri. Kelanjutan dari sikap negative ini
dapat timbul sikap anti, misalnya anti kawan atau tidak mau kawin, tidak punya
gairah hidup dan sebagainya. Sikap positive yaitu sikap optimis mengatasi
penderitaan bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan melainkan perjuangan
membebaskan diri dari penderitaan dan penderitaan itu adalah hanya bagian dari
kehidupan. Sikap positive biasanya kreatif, tidak mudah menyerah bahkan mungkin
timbul sikap keras atau sikap anti. Misalnya sifat anti kawin paksa, ia
berjuang menetang kawin paksa dan lain-lain.
4.
Neraka
Berbicara tentang neraka, kita selalu ingat dosa dan
terbayang dalam ingatan, siksaan yang luar biasa dan penderitaan hebat. Jelas
bahwa antara neraka, siksaan, rasa sakit, dan penderitaan memiliki suatu
rangkaian sebab-akibat.
Manusia masuk neraka karena dosanya.
Oleh karena itu, bila kita berbiacara tentang neraka tentu berkaitan dengan
dosa. Berbicara tentang dosa berarti berbicara kesalahan.
PENDERITAAN
DAN SEBAB-SEBABNYA
Penderitaan dapat muncul dari berbagai
sebab. Penyebab tersebut kadang datang tidak terduga. Apabila kita kelompokkan
secara sederhana berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka
penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut.
1. Penderitaan yang timbul karena
perbuatan buruk manusia
Penderitaan yang menimpa manusia
karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan
hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Penderitaan ini kadang disebut nasib
buruk. Nasib buruk ini dapat diperbaiki manusia supaya menjadi baik. Dengan
kata lain, manusialah yang dapat memperbaiki nasibnya. Perbedaan nasib buruk
dan takdir, kalah takdir Tuhan yang menentukan sedangkan nasib buruk itu
manusia penyebabnya.
2. Penderitaan yang timbul karena
penyakit, siksaan / azab Tuhan
Penderitaan
manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau siksaan / azab Tuhan. Namun
kesabaran, tawakal dan optimism dapat merupakan usaha manusia untuk mengatasi
penderitaan itu.
PENGARUH PENDERITAAN
Orang yang mengalami penderitaan
mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap
yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negative. Sikap negative
misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh
diri. Sikap ini diungkapkan dalam peribahasa “ sesal dahulu pendapatan, sesal
kemudian tidak berguna “,” nasi sudah menjadi bubur “. Kelanjutan dari sikap
negative ini dapat timbul sikap anti.
Sikap positif yaitu sikap optimis
mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan melainkan
perjuangan membebaskan diri dan penderitaan dan penderitaan itu adalah hanya
bagian dari kehidupan. Sikap positif biasanya kreatif, tidak mudah menyerah,
bahkan mungkin timbul sikap keras atau sikap anti.
1. PENDERITAAN DAN KENIKMATAN
Tujuan manusia yang paling popular
adalah kenikmatan, sedangkan penderitaan adalah sesuatu yang selalu dihindari
oleh manusia. Oleh karena itu, penderitaan harus dibedakan dengan kenikmatan,
dengan penderitaan itu sendiri sifatnya ada yang lama dan ada yang sementara.
Hal ini berhubungan dengan penyebabnya. Macam-macam penderitaan menurut
penyebabnya antara lain: penderitaan karena alasan fisik, seperti bencana alam,
penyakit, dan kematian ; penderitaan karena alasan moral, seperti kekecewaan
dalam hidup, meninggalnya seorang sahabat, kebencian orang lain, dan
seterusnya. Semua ini menyangkut kehidupan diniawi dan tidak mungkin
disingkarkan dari dunia dan dari kehidupan manusia.
Penderitaan dan kenikmatan muncul
karena alasan “ saya suka itu “ atau “ sesuatu itu menyakitkan “. Kenikmatan
dirasakan apabila yang dirasakan sudah didapat dan penderitaan dirasakan
apabila sesuatu yang menyakitkan menimpa dirinya. Aliran yang ingin secara
mutlah menghindari penderitaan adalah hedonism, yaitu suatu pandangan bahwa
kenikmatan itu merupakan tujuan satu-satunya dari kegiatan manusia, dan kunci
menuju hidup baik. Penafsiran hedonism ada dua macam, yaitu:
·
Hedonism
psikologis yang berpandangan bahwa semua tindakan diarahkan untuk mencapai
kenikmatan dan menghindari penderitaan.
·
Hedonism
etis yang berpandangan bahwa semua tindakan ‘harus’ ditujukan kepada kenikmatan
dan menghindari penderitaan.
Kritik
terhadap hedonism ialah bahwa tidak semua tindakan manusia hedonistis, bahkan
banyak orang yang tampaknya merasa bersalah atau kenikmatan-kenikmatan mereka.
Dan hal ini menyebabkan mereka mengalami penderitaan. Pandangan Hedonis
psikologis ialah bahwa semua manusia dimotivasi oleh pengejaran kenikmatan dan
penghindaran penderitaan. Mengejar kenikmatan sebenarnya tidak jelas, sebab ada
kalanya orang menderita dalam rangka latihan-latihan atau menyertai apa yang
ingin dicapai atau dikejarnya.
Kritik
Aristoteles ialah bahwa puncak etika bukan pada kenikmatan, melainkan pada
kebahagiaan. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa kenikmatan bukan tujuan akhir,
melainkan hanya “pelengkap” tindakan. Berbeda dengan John Stuart Mill yang
membela Hedonisme melalui jalan terhormat utilitarisme yaitu membela kenikmatan
sebagai kebaikan tertinggi. Suatu tindakan itu baik sejauh ia lebih “berguna”
dalam pengertian ini, yaitu sejauh tindakan memaksimalkan kenikmatan dan
meminimalkan penderitaan.
PENDERITAAN DAN KASIHAN
Kembali kepada masalah
penderitaan, muncul Nietzsche yang memberontak terhadap pernyataan yang
berbunyi: “ Dalam menghadapi penderitaan itu, manusia merasa kasihan”. Menurut
Nietzsche, pernyataan ini tidak benar, penderitaan itu adalah suatu kekurangan
vitalitas. Selanjutnya ia berkata, “sesuatu yang vital dan kuat tidak
menderita, oleh karenanya ia dapat hidup terus dan ikut mengembangkan kehidupan
semesta alam. Orang kasihan adalah yang hilang vitalitasnya rapuh dan runtuh.
Kasihan itu merugikan perkembangan hidup “. Sehingga dikatakannya bahwa kasihan
adalah pengutusan penderitaan. Pernyataan Nietzsche ini ada kaitannya dengan
latar belakang kehidupannya yang penuh penderitaan. Ia mencoba memberontak
terhadap penderitaan sebagai realitas dunia, ia tidak menerima kenyataan.
Seolah-oleh ia berkata, penderitaan jangan masuk ke dalam hidup dunia. Oleh
karena itu, kasihan yang tertuju kepada manusia harus ditolak, katanya.
Pandangan Nietzsche tidak dapat
disetujui karena: pertama, dimana letak humanisnya dan aliran existensialisme.
Kedua bahwa penderitaan itu ada dalam hidup manusia dan dapat diatasi dengan
sikap kasihan. Ketiga, tidak mungkin orang yang membantu penderita, menyingkir
dan senang bila melihat orang yang menderita. Bila demikian, maka itu yang
disebut sikap sadism. Sikap yang wajar adalh menaruh kasihan terhadap sesama
manusia dengan menolak penderitaan, yakni dengan berusaha sekuat tenaga untuk
meringankan penderitaan dan bila mungkin menghilangkannya.
3. Penderitaan dan noda dosa pada hati
manusia
Penderitaan juga dapat timbul
akibat noda dosa pada hati manusia ( Al-Ghazali, abad ke-11). Menurut
Al-Ghazali dalam kitabnya Ihyaa ‘ Ulumudin, orang yang suka iri hati, hasad,
dengki akan menderita hukuman lahir-batin, akan merasa tidak puas dan tidak
kenal berterima-kasih. Padahal dunia tidak berkekurangan untuk orang-orang di
segala zaman. Allah SWT telah member ilmu dan kekayaan atau kekuasaan-Nya,
karena itu penderitaan-penderitaan lahir ataupun batin akan selalu menimpa
orang-orang yang mempunyai sifat iri hati, hasad, dengki selama hidupnya sampai
akhir kelak.
Untuk mengobati hati yang
menderita ini, sebelumnya perlu diketahui tanda-tanda hati yang sedang gelisah
( hati yang sakit ). Perlu diketahui bahwa setiap anggota badan diciptakan
untuk melakukan suatu pekerjaan. Apabila hati sakit maka ia tidak dapat
melakukan pekerjaan dengan sempurna ia kacau dan gelisah. Ciri hati sakit maka
ia tidak dapat melakukan pekerjaan dengna sempurna ia kacau dan gelisah. Cirri
hati yang tidak dapat melakukan pekerjaan ialah apabila ia tidak dapat berilmu,
berhikmah, bermakrifat, mencintai Allah dengan menyembah-Nya, merasa erat dan
nikmat mengingat-Nya.
Hal lain yang menimbulkan derita
terhadap seseorang adalah merasakan suatu keinginan atau dorongan yang tidak
dapat diterima atau menimbulkan keresahan, gelisan, atau derita. Maka ia pun
berusaha menjauhkan diri dari lingkup kesadaran atau perasaannya. Akhirnya
keinginan atau dorongan itu tertahan dalam alam bawah sadar. Namun, sering
orang itu mengekspresikan keinginan atau dorongan itu secara tidak sadar atau
dengan ucapan yang keliru. Atau, apakah orang-orang yang ada penyakit dalam
hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka
CARA
MANUSIA MENGHADAPI PENDERITAAN
Manusia memiliki berbagai cara
menghadapi penderitaan mulai dari berekspresi dengan seni, meminta bantuan
orang lain. Hingga manusia merasa mampu melewati penderitaan tersebut. Selagi
nyawa ada manusia tak akan pernah berhenti berjuang mengatasi masalah.
1.
Penderitaan
dan perjuangan
Setiap manusia pasti mengalami
penderitaan, baik berat ataupun ringan. Penderitaan adalah bagian kehidupan
manusia yang bersifat kodrati. Karena itu terserah kepada manusia itu sendiri
untuk berusaha mengurangi penderitaan itu semaksimal mungkin, bahkan
menghindari atau menghilangkan sama sekali.
Penderitaan dikatakan sebagai
kodrat manusia, artinya sudah menjadi konsekuensi manusia hidup, bahwa manusia
hidup ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia, melainkan juga menderita.karena
itu manusia hidup tidak boleh pesimis yang menganggap hidup sebagai rangkaian
penderitaan. Manusia harus optimis, ia harus berusaha mengatasi kesulitan
hidup.
Pembebasan dari penderitaan pada
hakekatnya meneruskan kelangsungan hidup. Caranya ialah berjuang menghadapi
tantangan hidup dalam alam lingkungan, masyarakat sekitar, dengan waspada, dan
disertai doa kepada Tuhan supaya terhindar dan bahaya dan malapetaka. Manusia
hanya merencanakan dan Tuhan yang menentukan. Kelalaian manusia merupakan
sumber malapetaka yang menimbulkan penderitaan. Penderitaan yang terjadi selain
dialami sendiri oleh yang bersangkutan, mungkin juga dialami oleh orang lain.
Bahkan mungkin terjadi akibat perbuatan atau kelalaian seseorang, orang lain
atau masyarakat menderita.
2.
Penderitaan,
media masa dan seniman.
Beberapa sebab lain yang
menimbulakn penderitaan manusia ialah kecelakaan, bencana alam, bencana perang,
dan lain-lain. Berita mengenai penderitaan manusia silih berganti mengisi
lembaran Koran, layar TV, pesawat, radio, dengan maksud supaya semua orang yang
menyaksikan ikut merasakan dari jauh penderitaan manusia. Dengan demikian dapat
menggungah hati manusia untuk berbuat sesuatu. Nyatanya tidak sedikit bantuan
dari para dermawan dan sukarelawan berupa material atau tenaga untuk
meringankan penderitaan dan penyelamatan mereka dari musibah ini.
Bantuan-bantuan ini dilakukan secara perserorangan ataupun melalui
organisasi-organisasi social, kemudian dikirimkan atau diantarkan langsung ke
tempat-tempat kejadian dan tempat-tempat pengungsian. Media masa merupakan alat
yang paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa penderitaan
manusia secara cepat kepada masyarakat.
Dengan demikian masyarakat dapat
segera menilai untuk menetukan sikap antara sesama manusia terutama bagi yang
merasa simpati. Tetapi tidak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan para
seniman melalui karya seni sehingga para pembaca, penontonnya dapat menghayati
penderitaan sekaligus keindahan karya seni.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dalam materi ini kita dapat mengetahui
tentang apa itu penderitaan, kehidupan manusia tidak akan datar pasti
bergelombang maksudnya pasti ada yang menyenangkan dan menyusahkan. Penderitaan
juga memiliki hubungan yang sangat erat dengan manusia, rasa sakit, siksaan
menuntut manusia untuk bangkit menjadi lebih baik. Namun, ada yang tidak kuat
sehingga terjadi kekalutan mental. Apabila manusia tidak mampu melewati sesuati
dengan khaidah agama manusia akan mendapat penderitaan di akhirat berupa
penyiksaan di dalam neraka.
Dalam menghadapi penderitaan setiap
orang pasti melakukan hal yang berbeda untuk menahan atau menyikapinya, ada
yang menyikapinya dengan tindakan positif dan negative, misalnya yang positif
ia akan lebih berusaha agar tidak mendapatkan penderitaan yang ia sudah alami
bahkan bisa menjadikannya sebagai sebuah peluang dalam melakukan sebuah inovasi
baru, sedangkan yang negative ia akan trauma dan membuat kondisi ia menjadi labil
karena terlalu berlebihan menyikapi penderitannya dan bahkan sampai ingin bunuh
diri. Untuk itu kesehatan rohani setiap orang harus dijaga agar terhindar dari
kekalutan mental yang bisa merusak psikis kita.
4.2 SARAN
Dalam
menghadapi penderitaan sebaiknya tidak dihadapi dengan tergesa-gesa,
berpikirlah dulu baru bertindak, karena segala sesuatu perbuatan yang
tergesa-gesa biasanya mendatangkan hasil yang tidak diharapkan, bahkan
seringkali bisa menciptakan penderitaan yang baru.
DAFTAR PUSTAKA
·
Sinaulan Jeffry H., Ilmu Budaya Dasar, Diktat Kuliah,
Universitas Tama Jagakarsa, Jakarta, 2011.
· Manusia
dan Penderitaan. WordPress. Available at : http://exalute.wordpress.com/2009/03/29/manusia-dan-penderitaan/ ( accessed November 25, 2012 ).
·
Pradopo
D,dkk. Wajah Indonesia Dalam Sastra Indonesia : Puisi 1960-1980, Yogyakarta :
PPBSID; 1992.
·
Singgih
Riyanto T.P. Proyeksi Astral Praktis, Yogyakarta : Media Pressindo; 2003.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar